Cari Kerja Part IV (Lanjutan) - Facebri (Face nya sobri)

Facebri (Face nya sobri)

Catatan, curhatan (Curahan hati), cerita-cerita, kisah, pengalaman, baik yang lagi senang, sedih, lucu, kocak, bahagia, romantis, sadis, tragis, dan lain-lain dari si sobri dan orang-orang di sekitarnya. Berbagi pelajaran dari setiap pengalaman :)

Post Top Ad

Cari Kerja Part IV (Lanjutan)

Share This

 
Besok paginya gue berangkat lagi ke sana, seperti biasa di temani panas dan macet kota Jakarta.
Singkat cerita gue tiba di kantor itu lagi. Karena tidak ada hal yang terlalu penting dan rasanya gak ada kesulitan yang berarti. Hanya ketika di bis, gue hampir salah turun di depan Gajah Ganda Plaza, karena yang gue inget adalah jalan Gajah Ganda dan Gajah Ganda Plaza, bukan di jalan Ayam Duduk Ayam Duduk Plaza. 

Gajah Ganda adalah nama jalan di seberang jalan Ayam Duduk, dan di 2 (dua) jalan yang berseberangan itu ada plaza yang namanya diambil dari masing-masing nama jalan tersebut (Gajah Ganda Plaza & Ayam Duduk Plaza). Setelah gue inget, gue memutuskan untuk gak turun di sana. Sampai akhirnya tiba di seberang Ayam Duduk Plaza, baru kemudian gue turun dari bis, melewati pintu tentunya.


Sampai di gedung perkantoran itu (Gajah Ganda Plaza-Menara BRI) seperti biasa, gue menukarkan KTP dengan Visitor ID Card di receptionist gedung, baru kemudian menaiki lift menuju ke lantai 11(sebelas). Perjalanan menggunakan lift kali ini relatif lebih lancar (gak nyasar), karena gue belajar dari kesalahan di hari kemarin. Hanya saja kali ini gue merasa lebih lama, karena hampir di setiap lantai pintu lift terbuka untuk menurunkan dan menaikan penumpang.

“Ini lift atau metro mini sih?” Pikir gue.

Tapi gue gak  ketipu untuk ikut turun di selain lantai 11 (Inget ! Sebelas, bukan II (dua romawi)) kaya kemarin.

Sampai di Lobby kantor, gue langsung diminta KTP untuk di tukar dengan Training ID Card.

“Nah lo, KTP gue kan udah di tuker sama Visitor ID Card.” Kata gue dalam hati.

“KTP saya sudah di tukar dengan Visitor ID Card mba.” Kata gue lagi, luar hati.

“Waduh Mas, kalau masa training gak perlu lapor ke receptionist di bawah lagi.” Kata si mba receptionist kantor menjelaskan.

“Yah, saya kan gak tahu mba. Trus gimana?” Jawab dan tanya gue.

“Yawdah kalau begitu Visitor ID Card nya aja yang di tukar disini”.

“OK” Balas gue singkat seperti lewat SMS.

Setelah ID Card ditukar, gue diminta mengisi daftar nama dan juga biodata peserta training. Seperti yang telah diketahui, cuma gue yang lulusan SMK, yang lainnya lulusan kuliahan D.III dan S1. Tapi itu bukan masalah buat gue, justru gue bangga karena cuma gue yang berhasil lolos interview, atau mungkin cuma gue yang berhasil kena tipu perusahaan ini (gak tahu juga dah).

Selesai menulis Biodata, gue diminta untuk menunggu sampai dipanggil untuk memasuki ruangan training. Di ruang tunggu itu gue melirik ke samping dan melihat lorong yang kemarin gue lewatin untuk masuk ke ruangan Interview, tapi gue langsung membuang muka karena takut setelah melihat lorong itu akan terjadi kejadian seperti hari kemarin. Beberapa saat kemudian semua peserta training dipanggil untuk memasuki ruangan training di temani oleh mba-mba receptionist.

Masuk ke ruang training.

Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini gue lewat jalan yang berbeda (tidak melewati lorong dan juga tidak gelap) melainkan langsung masuk lewat pintu yang ada di samping meja receptionist. Sampai di dalam, kantor ini terlihat rapih dan sepi, hanya terlihat beberapa orang karyawan dan monitor tabung yang berjajar di atas meja.

Setelah beberapa saat ngobrol dengan sesama peserta training, datang trainer wanita yang gue lupa namanya tapi sebut saja Susan.

Setelah beberapa jam diterangkan oleh trainer tentang perusahaan dan apa saja yang akan dikerjakan, tibalah waktunya istirahat. Ketika gue keluar ruangan training, semua pendapat gue tentang kantor ini berubah karena suasana berubah menjadi riuh, ramai, berisik, dan lain-lain. Setelah bertanya kepada trainer tadi ternyata memang itulah yang harus dikerjakan diperusahaan pialang ini.

Makan Siang

Ketika istirahat gue di ajak untuk makan siang ke lantai bawah. Setelah tiba di lantai bawah tadinya gue kira di ajak ke foodcourt, tapi ternyata di ajak ke luar gedung melewati beberapa foodcourt dan berhenti tepat di jajaran pedagang makanan pinggir jalan.

“Silahkan pilih dan pesan sendiri mau makan apa, makan disini atau dibungkus terserah”. Kata manager gue.

“Hmm, gue pikir bakal di traktir di McD atau KFC, kalau ini sih makanan gue sehari-hari. Tapi gak apa-apa deh, yang penting dibayarin makan siang.” Pikir gue.

Saat itu gue pesan nasi goreng. Setelah makanan siap dan dibungkus, manager gue tadi  malah bilang.

“Yawdah, kalau gak ada lagi yang dipesan, kalian duluan aja ke atas. Saya mau pesan makanan yang disana dulu” Katanya sambil melangkah menjauh dari tukang nasi goreng.

“Oh, iya Pak. Baik kalau begitu” kata gue menjawab pernyataannya.

Gue pun pergi meninggalkan tukang nasi goreng itu, tapi baru beberapa langkah gue dipanggil lagi sama itu tukang nasi goreng.

“Mas mas, ini yang bayar siapa?”

“Emangnya belum di bayar pak?” Kata gue.

 “Ya belum mas”. Kata tukang nasi goreng itu lagi.

“Oh, belum. Saya kira udah dibayar bapak yang tadi” Gue bilang, sambil nunjuk ke arah dimana manager gue sedang membeli mie ayam.

“Hmm, ngapain tuh orang nungguin sampe pesenan gue selesai kalau bukan mau bayarin. Untung aja gak makan di foodcourt, bisa-bisa gue gadein KTP karena gak punya duit buat bayar” Kata gue kesel.

“Tapi KTP gue kan ada di receptionist, masa harus gadein Visitor ID Card. Apa bisa laku? hah” Pikir gue tambah kesel.

Akhirnya gue bayar sambil meminta maaf kepada tukang nasi goreng tadi. Sesudah itu, gue pergi meninggalkan jajaran pedagang makanan pinggir jalan di sana. Sambil mengingat kejadian tadi, kalau sampe makan di Food Court dan gue gak punya banyak duit, KTP di tuker Visitor ID Card, dan sekarang baru inget kalau Visitor ID pun udah dituker sama Training ID card. Masih beruntung gue cuma diajak di pinggir jalan. Sesaat gue sempat berpikir.

“Kalau gue aja yang selesai training akan dibayar $400, trus manager gue gajinya berapa? Gak mungkin sama $400 juga.” Pikir gue.

“Tapi kenapa gak bayarin makan siang gue yang cuma di pinggir jalan gini?  
Sebenernya gue udah mulai ragu sama gaji $400 ini, tapi gue masih belum terlalu ambil pusing. Dan juga pengen membuktikan ke orang tua kalau gue udah bisa cari duit walaupun masih bermodalkan ongkos dari mereka. Jadi, gue meneruskan training hari pertama itu dengan semangat yang masih tersisa walaupun sedikit.

Sampai lagi di lantai 11(sebelas), gue makan nasi goreng dengan lahap bersama dengan beberapa rekan training lainnya di ruangan kantor, tapi gue gak ngeliat para manajer ikut makan bareng di ruangan tersebut. Mungkin mereka malu, karena gaji $400 hanya bisa makan siang dengan lunch box/nasi bungkus/mie ayam biasa seperti itu.

Selesai makan siang dan kemudian dilanjut shalat Dzuhur, kegiatan training pun dilanjutkan kembali, diberi pengarahan, cara-cara, tips, trik dan lain-lain untuk mendapatkan klien. Tapi setelah beberapa jam terakhir gue baru tahu kalau ternyata gue harus bisa dapet minimal 1 klien untuk bisa mendapat gaji $400 dolar/bulan itu, sebelum itu gue masih dianggap dalam masa training.

“No problem, apa susahnya sih cari 1 klien, toh cara-cara, tips & trik udah dikasih tau, tinggal dijalanin aja, hehe” Pikir gue gampang dan menganggap enteng.

Selesai training  dan pengarahan di hari itu, gue langsung bergegas pulang untuk menghindari  kemacetan Jakarta. Tapi inilah Jakarta, mau pulang jam 3, jam 4, jam 5, jam 6, jam 7, tetap aja kemacetan tak terhindarkan.

Hari berikutnya
Hari-hari kerja (Training) gue berjalan seperti biasa seperti hari sebelumnya, namun di hari berikutnya

Bersambung lagi ->

No comments:

Post a Comment

Silahkan berikan, komentar, kritik ataupun saran yang membangun :)
Terima Kasih

Followers

Post Bottom Ad


Pages