Besok paginya gue berangkat lagi ke sana, seperti biasa di temani panas dan
macet kota Jakarta.
Singkat cerita gue tiba di kantor itu lagi. Karena tidak ada hal yang
terlalu penting dan rasanya gak ada kesulitan yang berarti. Hanya ketika di
bis, gue hampir salah turun di depan Gajah Ganda Plaza, karena yang gue inget
adalah jalan Gajah Ganda dan Gajah Ganda Plaza, bukan di jalan Ayam Duduk Ayam
Duduk Plaza.
Gajah Ganda adalah nama jalan di seberang jalan Ayam Duduk, dan di 2 (dua)
jalan yang berseberangan itu ada plaza yang namanya diambil dari masing-masing
nama jalan tersebut (Gajah Ganda Plaza & Ayam Duduk Plaza). Setelah gue
inget, gue memutuskan untuk gak turun di sana. Sampai akhirnya tiba di seberang
Ayam Duduk Plaza, baru kemudian gue turun dari bis, melewati pintu tentunya.
Sampai di gedung perkantoran itu (Gajah Ganda Plaza-Menara BRI) seperti
biasa, gue menukarkan KTP dengan Visitor ID Card di receptionist gedung, baru
kemudian menaiki lift menuju ke lantai 11(sebelas). Perjalanan menggunakan lift
kali ini relatif lebih lancar (gak nyasar), karena gue belajar dari kesalahan
di hari kemarin. Hanya saja kali ini gue merasa lebih lama, karena hampir di
setiap lantai pintu lift terbuka untuk menurunkan dan menaikan penumpang.
“Ini lift atau metro mini sih?” Pikir gue.
Tapi gue gak ketipu untuk ikut turun
di selain lantai 11 (Inget ! Sebelas, bukan II (dua romawi)) kaya kemarin.
Sampai di Lobby kantor, gue
langsung diminta KTP untuk di tukar dengan Training
ID Card.
“Nah lo, KTP gue kan udah di tuker sama Visitor
ID Card.” Kata gue dalam hati.
“KTP saya sudah di tukar dengan Visitor
ID Card mba.” Kata gue lagi, luar hati.
“Waduh Mas, kalau masa training gak perlu lapor ke receptionist di bawah
lagi.” Kata si mba receptionist
kantor menjelaskan.
“Yah, saya kan gak tahu mba. Trus gimana?” Jawab dan tanya gue.
“Yawdah kalau begitu Visitor ID Card nya
aja yang di tukar disini”.
“OK” Balas gue singkat seperti lewat SMS.
Setelah ID Card ditukar, gue diminta mengisi daftar nama dan juga biodata peserta
training. Seperti yang telah diketahui, cuma gue yang lulusan SMK, yang lainnya
lulusan kuliahan D.III dan S1. Tapi itu bukan masalah buat gue, justru gue
bangga karena cuma gue yang berhasil lolos interview, atau mungkin cuma gue
yang berhasil kena tipu perusahaan ini (gak tahu juga dah).
Selesai menulis Biodata, gue diminta untuk menunggu sampai dipanggil untuk memasuki
ruangan training. Di ruang tunggu itu gue melirik ke samping dan melihat lorong
yang kemarin gue lewatin untuk masuk ke ruangan Interview, tapi gue langsung membuang muka karena takut setelah
melihat lorong itu akan terjadi kejadian seperti hari kemarin. Beberapa saat
kemudian semua peserta training dipanggil untuk memasuki ruangan training di
temani oleh mba-mba receptionist.
Masuk ke ruang training.
Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini gue lewat jalan yang berbeda (tidak
melewati lorong dan juga tidak gelap) melainkan langsung masuk lewat pintu yang
ada di samping meja receptionist. Sampai
di dalam, kantor ini terlihat rapih dan sepi, hanya terlihat beberapa orang
karyawan dan monitor tabung yang berjajar di atas meja.
Setelah beberapa saat ngobrol dengan sesama peserta training, datang
trainer wanita yang gue lupa namanya tapi sebut saja Susan.
Setelah beberapa jam diterangkan oleh trainer tentang perusahaan dan apa
saja yang akan dikerjakan, tibalah waktunya istirahat. Ketika gue keluar
ruangan training, semua pendapat gue tentang kantor ini berubah karena suasana
berubah menjadi riuh, ramai, berisik, dan lain-lain. Setelah bertanya kepada
trainer tadi ternyata memang itulah yang harus dikerjakan diperusahaan pialang
ini.
Makan Siang
Ketika istirahat gue di ajak untuk makan siang ke lantai bawah. Setelah
tiba di lantai bawah tadinya gue kira di ajak ke foodcourt, tapi ternyata di
ajak ke luar gedung melewati beberapa foodcourt dan berhenti tepat di jajaran
pedagang makanan pinggir jalan.
“Silahkan pilih dan pesan sendiri mau makan apa, makan disini atau dibungkus
terserah”. Kata manager gue.
“Hmm, gue pikir bakal di traktir di McD atau KFC, kalau ini sih makanan gue
sehari-hari. Tapi gak apa-apa deh, yang penting dibayarin makan siang.” Pikir
gue.
Saat itu gue pesan nasi goreng. Setelah makanan siap dan dibungkus, manager gue tadi malah bilang.
“Yawdah, kalau gak ada lagi yang dipesan, kalian duluan aja ke atas. Saya
mau pesan makanan yang disana dulu” Katanya sambil melangkah menjauh dari
tukang nasi goreng.
“Oh, iya Pak. Baik kalau begitu” kata gue menjawab pernyataannya.
Gue pun pergi meninggalkan tukang nasi goreng itu, tapi baru beberapa
langkah gue dipanggil lagi sama itu tukang nasi goreng.
“Mas mas, ini yang bayar siapa?”
“Emangnya belum di bayar pak?” Kata gue.
“Ya belum mas”. Kata tukang nasi
goreng itu lagi.
“Oh, belum. Saya kira udah dibayar bapak yang tadi” Gue bilang, sambil
nunjuk ke arah dimana manager gue sedang membeli mie ayam.
“Hmm, ngapain tuh orang nungguin sampe pesenan gue selesai kalau bukan mau
bayarin. Untung aja gak makan di foodcourt, bisa-bisa gue gadein KTP karena gak
punya duit buat bayar” Kata gue kesel.
“Tapi KTP gue kan ada di receptionist, masa harus gadein Visitor ID Card. Apa
bisa laku? hah” Pikir gue tambah kesel.
Akhirnya gue bayar sambil meminta maaf kepada tukang nasi goreng tadi.
Sesudah itu, gue pergi meninggalkan jajaran pedagang makanan pinggir jalan di
sana. Sambil mengingat kejadian tadi, kalau sampe makan di Food Court dan gue
gak punya banyak duit, KTP di tuker Visitor ID Card, dan sekarang baru inget kalau
Visitor ID pun udah dituker sama Training ID card. Masih beruntung gue cuma
diajak di pinggir jalan. Sesaat gue sempat berpikir.
“Kalau gue aja yang selesai training akan dibayar $400, trus manager gue
gajinya berapa? Gak mungkin sama $400 juga.” Pikir gue.
“Tapi kenapa gak bayarin makan siang gue yang cuma di pinggir jalan gini? ”
Sebenernya gue udah mulai ragu sama gaji $400 ini, tapi gue masih belum
terlalu ambil pusing. Dan juga pengen membuktikan ke orang tua kalau gue udah
bisa cari duit walaupun masih bermodalkan ongkos dari mereka. Jadi, gue
meneruskan training hari pertama itu dengan semangat yang masih tersisa walaupun
sedikit.
Sampai lagi di lantai 11(sebelas), gue makan nasi goreng dengan lahap
bersama dengan beberapa rekan training lainnya di ruangan kantor, tapi gue gak
ngeliat para manajer ikut makan bareng di ruangan tersebut. Mungkin mereka malu,
karena gaji $400 hanya bisa makan siang dengan lunch box/nasi bungkus/mie ayam
biasa seperti itu.
Selesai makan siang dan kemudian dilanjut shalat Dzuhur, kegiatan training
pun dilanjutkan kembali, diberi pengarahan, cara-cara, tips, trik dan lain-lain
untuk mendapatkan klien. Tapi setelah beberapa jam terakhir gue baru tahu kalau
ternyata gue harus bisa dapet minimal 1 klien untuk bisa mendapat gaji $400
dolar/bulan itu, sebelum itu gue masih dianggap dalam masa training.
“No problem, apa susahnya sih cari 1 klien, toh cara-cara, tips & trik
udah dikasih tau, tinggal dijalanin aja, hehe” Pikir gue gampang dan menganggap
enteng.
Selesai training dan pengarahan di
hari itu, gue langsung bergegas pulang untuk menghindari kemacetan Jakarta. Tapi inilah Jakarta, mau
pulang jam 3, jam 4, jam 5, jam 6, jam 7, tetap aja kemacetan tak terhindarkan.
Hari berikutnya
Hari-hari kerja (Training) gue berjalan seperti
biasa seperti hari sebelumnya, namun di hari berikutnya
Bersambung lagi ->
No comments:
Post a Comment
Silahkan berikan, komentar, kritik ataupun saran yang membangun :)
Terima Kasih